Aq menghela nafas lega di balkon kamarku lantai 2 rumah kami yg sangat ramai.
Mengapa tidak ?
1 tahun yg lalu tepatnya umurku 18 tahun 2 adik kembarku adalah kado yg diberikan oleh ortuQ. Mempunyai adik kembar yg sepasang pasti sengan bila tidak berbeda jarak yg begitu jauh dariQ. Lebaran tahun lalu, aq habis-habisan di cemoohhi sanak saudara dan juga kawan-kawan sekolahku karena adik kembarku. Mungkin itulah cobaan terbesar pada umur 18 tahun di samping di tinggal pergi oleh orang yang sangat ku cintai karena sekolahnya beda denganku.
Pertengahan 2009 aq dan keluarga besar pindah ke persia. Semua rencana besarku di sekolah harus gagal kerena mau tak mau aq akan melanjut mengejar S1 di salah satu universitas di persia ini.
Lamunanku buyar karena bunyi pesan masuk di HpQ.
met malam..koq melamun sendirian d balkon…udara dngin lho.. ~San~
San?
Aq memutar otak, apa aq kenal atau punya teman namanya San?
O..aq baru ingat dalam tim kemahasiswaan aq punya teman namanya San Miguel.
Met malam jga..
Ini san miguel y..
Tau dari mana aq melamun di balkon.
Tak lama kemudian HpqQ berderit.
NoQ belum kau simpan ya..
iya ini san miguel anggota kemahasiswaan.
Tentu aq tau, rumahku 2 rumah dari rumahmu d seberang jalan.
Ow.. ternyata dari tadi ada yang memperhatikanku ya..sekarang jelas di benakku bagaimana tampangnya.
Maaf ya san ..aq lupa save.
Udah malam. Usah dulu ya..
Met malam..
Mungkin terdengar sombong dengan nada smsku, tapi emang tuk saat ini aq tidak mau di gangu apalgi dengan cowok nasrani seperti dy.
****************
“Apa? Aq harus mengetik ulang perbelanjaan kemahasiswaan 1 tahun ini?”
Emosiku meluap pada Kauva sekretaris kemahasiswaan.
“Ka..aq tu seksi dokumentasi, bukan bendahara, jadi kerja Yuna sebagai bendahara apa?”.
“Yuna lagi di luar kota hingga akhir minggu ini. Padahal data harus di serahkan besok. Dy tidak bisa di hubungi. Jadi aq minta tolong kau data ulang lagi. Lagian kau tak sendirian tapi dibantu San”.
Aq hanya cemberut waktu Kauva menyerahkan buku perbelanjaan lengkap dengan kertas-kertas kecil perbelanjaan.Tak lama San datang.
“Tuh dy udah datang. Bentar pasti udah selesai klo klen bekerja sama.”
Senyum Kauva seraya pergi.
Aq hanya menatap San Miguel penuh tanya dalam hati.
sanggupkah kami menyelesaikan ini dimana tugas kuliahku masih banyak.
“tidak usah dibawa stress, pasti bisa kita kerjakan” ucapnya sambil mengoyang kepalaku dengan tangannya yang besar seakan aq ini adik kecilnya.
“tapi aq tidak bisa mengerjakannya sekarang. Jam 6 aq harus menyerahkan tugas praktikumQ pada asisten di samping itu aq harus keperpustakaan mencari buku yang akan di bahas besok.”
Ucapku kesal karena aq harus bekerja sama dengan pemuda ini yg jelas aq tidak tau bagaimana kemampuannya. Habis dy tidak terkenal di kalangan mahasiswa.
“Baiklah kita ke perpus. Kau cari bukunu dan aku mengerjakan tugas ini di sana”. Aq menurut saja.
Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan data keuangan itu di perpus.
Aq cari bukuku sedang dy memgetik. Syukurlah bukunya cepat ketemu jadi aq bisa mendata pengeluaran. Tepat setengah 6 aq permisi dan dengan senyum manis yg di apit lesung pipi itu baru aq tau ternyata dy ramah dan pengertian.
Astaga !! sampai setengah 7 asisten tidak datang juga. Kuputuskan untuk sholat magrib, baru aq lanjutkan menunggu asisten yang sok sibuk itu. Jam 8 baru asisten itu nongol. Eh..bukannya kasihan melihat awak nunggu dy, malah jurnalku banyak yang salah dan dy nyuruh musti di ulang di sini dan harus di serahkan malam ini juga. Oh iya, aq belim kasih tau ya.. si universitas ini kampus itu g’ pernah sepi.hampir selurih mahasiswanya pulang jam 1 atau malah jam 3 karna tugas atau praktikum. Syukurlah jam 11 jurnalku diterima asisten itu. Huhf ! nafas lega buatku.
“Oh tidak ! San!”. Aq lupa padanya.
“Apa dy sudah pulang?”.
Aq pun setengah berlari ke perpus menuju tempat San yg ku tinggalkan sekitar 5 jam yg lalu.
“eh..”. aq dapati dy tertidur di samping laptopnya.
Laptopnya masuh menyala, kertas-kertas itu agak sedikit berantakan di atas meja. Ku periksa sudah sejauh mana pekerjaannya.
Waw !! Selesai !!
“Astagfirullah..”. bisikku dalam hati, aq telah berdosa telah menyepelekan kemampuannya. Ku susun kertas-kertas yg berantakan itu, hingga aq tertegun melihat wajahnya yg tertidur.
“Subhanallah..betapa damainya wajah hambamu ini “. Tanganku tergerak untuk menyentuh wajahnya, namun ku urungkan tuk sampai karena aq tersadar dy itu nasrani.
“Eh Fai..kau sudah datang, maaf ya aq tertidur”. Ucapnya sambil menguap.
Aq tersenyum betapa lucunya dy.
“Seharusnya aq yg minta maaf , meninggalkanmu dengan tugas-tugas pembukuan ini. Maaf ya..”.
“sudahlah..aq tidak terbebani koq. Boleh aq minta sesuatu?”. ucapnya.
“Apa yg kau mau?”.
“Mendekatlah..”.aq pun mendekat.
“Aduh Fai..pundakku sakit sekali”. Ucapnya manja sambil merebahkan kepalanya ke bahuku.
“Astaga ! cowok ini!”.geramku.
“ kenapa kau diam, ayo pukul-pukul punggungku”. Melasnya.
Sebenarnya aq enggan melakukannya, tapi karna perpus ini sepi dan tidak ada yg melihat, aq pun menuruti permintaannya.
*****************
“rumahmu sudah sampai Fai”.ucapnya.
Aq pun turun dari motornya.
“oh iya, laptop ini kau bawa saja. Periksa ulang mana tau ada yg salah”. Ucapnya.
Aq menerimanya saja, asalkan ia cepat menghilang dari hadapanku.
“Eh Fai”.
“apa lagi!?”. Aq setengah berteriak.
“makasi ya, pijatannya. Kapan-kapan lagi ya. Dah !!”. dy pergi dengan tawa kecilnya meninggalkan aq yg kesal setengah mati.
******************
“eh Fai.. lho koq kamu di sini g’ kelapangan?”. Tanya Yuna.
“ngapain?”.
“Lho g’ tau ya, anak-anak kemahasiswaan kita adu sepak bola dengan anak-anak fakultas lain.seru lho ayo ke sana”.
Daripada sendirian di sini lebih baik ikut nonton. Sekali-sekali aq harus refresing. Kuputuskan tuk pergi.
Sampainya di lapangan. Tribun sudah penuh di isi para suporter dari kedua fakultas. Aq bergabung dengan anggota kemahasiswaan yg lain di pojok kiri lapangan. Yang bertanding adalah baju biru dan baju hitam. Tapi aq g’ tau yg mana pemain kemahsiswaan kami.
Sampai dia menoleh ke arah kami.
“SAN..MI…GU…EL !”. pekikQ dalam hati yang terpancar lewat wajahku yang melongo. Dy tersenyum manis dan mengerlingkan mata kirinya ke arahku?
“tidak bukan aq.. pasti pada gadis-gadis yg di sampingku…sadarlah Fai”.
“Fai..San mengerling padamu kan tadi?”. Tanya Yuna memastikan.
“Akh tidak, kau salah liat x”.
Ucapku kesal sambil berjalan pergi menjauh dari tempat itu memilih bergabung dengan suporter. Perlombaan dimenangkan oleh kemahasiswaan kami dengan skor 3-2.
*****************
“hai..honey.. kau melamun lagi”.
“Aaagh..”. kagetku, tau klo San udah berada di sampingku di balkon kamarku.
Dengan sigap dy menutup mulutku agar orang lain tidak tau terlebih ortuku.
Aq melepas tangannya dari mulutku.
“kau.. kenapa kau bisa ke sini?”.
Ucapku sambil menjauh darinya. Dy menatapku dalam karena respekku yang menjauh ketakutan.
“kemarilah..”.
dy menarik tanganku meninggalkan balkon menuju ke arah atap di samping balkon.
“Maaf y..”.
Dengan sigap dy menggendongku ala putri di Barbie menuruni balkon ke atap.
Dapat kurasakan tanggannya menggendongku. Aq hanya terdiam tersudut di dadanya, wajahnya berbeda bila di lihat dari bawah, dapat kurasakan detak jantungnya.
“kita sudah sampai tuan putri”.
Dy menurunkanku di atas atap di samping kamarku. Aq hanya terdiam malu di sampingnya.
“hei..kenapa kau diam? Aq mengajakmu ke sini bukan tuk diam tp melihat itu”.tunjuknya ke langit.
Subhanallah…begitu banyak bintang yg bertaburan.
“kau suka”.tanyanya sambil duduk .
Aq mengangguk sambil tersenyum.
“sini”.tunjuknya ke sebelahnya. Dengan sedikit berfikir aq duduk berjarak 50 cm darinya.
“kenap kw bisa ke sini?”.
“aq panjat pohon yg ada di samping kamarmu. Hehehe..”.tawanya membuat aq ikut tertawa.
“kau tidak taukan dari atapmu kita bisa melihat bintang sebanyak ini”.
Ucapnya sambil merebahkan kepalanya di pangkuanku. Sontak tanganku menghindar. Melihat ekspresiku, dy menggenggam tanganku dan meletakkannya di dadanya.
“apa sich maksud anak ini”.
****************
3 bulan berlalu, sejak malam itu, kami sering bertemu di atap rumahQ. Kami menceritakan diri masing-masing, mulai dari sekolah, keluarga, juga masalah percintaan. Ternyata kedekatan kami tercium anak-anak kemahasiswaan. Gosipin beredar, mulai dari yg murahan sampai kelas kakap, mulai dari hal yang baik sampai hal yg buruk. Kamipun sibuk di tanya apa gosip itu benar..
Dengan santai dy memjawab tidak..
Ada semburat kecewa dalam hatiku. Benarkah ia tak menyukaiku?
Lalu apa maksud perlakuannya selama ini?
Apakah aq yg kegeeran atas sikapnya?
2 bulan berlalu sejak desas-desus itu. Hubungan kami pun mulai renggang bahkan seperti orang asing setiap x jumpa. Tak ada lagi bintang, tak ada lagi senyuman, tak ada lagi tangan yg hangat… semua hilang.
Hinggga pagi itu, pohon yg di samping kamarku tumbang tanpa angin tanpa hujan. Firasatku lain terhadapnya, jadi kuberanikan diri tuk meneleponnya.
“ya..halo”. ku denggar suaranya di seberang sana ada kerinduan nun jauh di relung hatiku.
“pohon yg di samping kamarku tumbang”.
“jadi”.aq kecewa atas ucapannya.
“sebenarnya aq salah apa ma mu, kenapa kau dingin akhir-akhir ini?”.
“kau ada waktu hari ini?”, tanyanya.
“sore aq ada, aq ingin bertemu jam 4 di belakang perpus.”
“ok. Jam 4 di belakan perpus.”
**************
“hay…”. Sapanya.
Aq membalik dan kaget dy tepat di belakangku. Jantungku berdegup kencang, aq mundur menjauhinya.
Nafasku naik turun, aq teringat kejadian 3 tahun yg lalu saat cowok yang ku sukai menyatakan perasaannya padaku, namun akhirnya toh dy meninggalkan aq.
“oh tuhan haruskah aq mengalaminya lagi”.
“mendekatlah Fai, jangan kayak anak-anak”.
Aq pun mendekat.
Inilah yang ku suka darinya, dy tau hatiku, dy mengenalku tak hanya luar namun dalam pun di selaminya. Dy ajak aq bercanda bercerita ini itu hingga nafasku kembali normal.
“jadi kau mau ngomong apa”. Tanyanya lembut.
Aq tertunduk malu, mungkin dy sudah tau perasaanku padanya.
“aq suka padamu”.
Lama dy menatapku.
“aq juga menyukaimu Fai..bahkan sebelum kau menyukaiku…dari dulu aq ingin bilang tapi aq tak sanggup”.
“kenapa tak sanggup”.
“tak sanggup menerima kenyataan perbedaan agama kita. Aq tak sangggup menjalani dengan perbedaan ini”. Ucapnya sambil terduduk lesu di hadapanku.
Akhirnya kegagalan itu menghampiriku lagi. Aq sadar atas sikapnya selama ini.
Tapi… apa kami salah mencintai.
Bukankah cinta itu datangnya dari tuhan?
Mengapa cimta itu ada di atas perbedaan ini?
Bukankah cinta itu anugrah, tapi mengapa bagi kami bencana?
Menapa tuhanmu tak sama dengan tuhanku…
Menggapa aq harus mencintai yang bukan hambamu ya.. Allah SWT..
“andai kau terlahir muslim… San Miguel”.
Air mataku jatuh.
By: Fitra 18 juli 2010
Andai kau tau itulah kata-kata yang ingin ku sampaikan… tapi bibirku kelu.