Olimpiade Cintaku

Olimpiade cintaku

“Diam..diam..Pak Regar datang”. Sorak ketua kelas XI IPA 1.

Mendengar nama wakil kepala sekolah kami SMA N 1 SIBOLGA, kami kelas XI IPA 1 segera diam dan duduk manis dikursi masing-masing. Seperti biasa bapak itu masuk dengan langkah yang pasti dan kami tau maksud kedatangannya, untuk memanggil namaku masuk menjadi bagian dari olimpiade pelajaran yang sebentar lagi akan dilaksanakan di tingkat Sibolga.

“Maaf bapak mengganggu sebentar. Kehadiran bapak di sini berkaitan dengan olimpiade yang sebentar lagi akan dilaksanakan di kota Sibolga. Nama-nama yang bapak panggil tolong segera bergabung di ruang rapat Olimpiade. Nama-nama yang bapak panggil adalah pilihan dari setiap guru mata pelajaran yang akan diujikan. Baiklah, Rahmayani, Merry, Erik Wansen, Anisha, Riekea, Ade, Ladestam, Aisyah, Ira Pane, Yanda, Atink…tolong segera bergabung”.

Ya…Allah, namaku tidak disebut. Begitu bodohkah hamba tuhan? Aku terdiam ingin rasanya aku menangis namun ku tahan sekuat tenaga. Ku coba menyebut nama Tuhan, namun aku lebih teringat pada SMS dari orang kusukai 1 bulan yang lalu. Dia adalah orang yang pintar, aku tahu bukan maksud hatinya mengatakan hal itu yang membuatku sedih dan ingin membuktikan padanya kalau aku juga pintar, dan mempunyai kelebihan dibalik kekuranganku…aku juga ingin dipujinya. Aku ingin dia mengatakan

“kau memang hebat,Fit…”.

Dan ini akan aku dapatkan bila aku masuk olimpiade dan menang di tingkat kota Sibolga, dengan begitu kami akan bertemu di Medan di tingkat provinsi. Dia akan terkejut melihatku, gadis aneh dan bodoh yang begitu berusaha membuktikan kehebatannya pada orang yang disukainya.

Tak berselang waktu Pak Regar masuk lagi ke kelas.

”Fitra Dewi, Imelda Lestari, dan Ernita tolong bergabung…”.

Mendengar namaku disebut, Alhamdulillah aku masuk. Aku terpilih Shinici, kimia bawa aku ke medan.

Aku menggenggam erat tangan Imelda ketika memasuki ruang rapat. Semua guru-guru pembimbing telah berkumpul dan terlihat jelas wajah-wajah mereka menatap anak-anak pilihan mereka. Aku duduk di belakang, jauh dari anak-anak kimia. Segera kupakai kaca mataku dan mencari namaku di papan tulis di bagian kimia.

”Tidak ada..!”. hatiku mulai kecut lagi.

“Lantas namaku ada dimana ..astaga..kebumian? olimpiade apa itu? mendengarnya saja baru kali ini..Ya Allah..cobaan apa lagi ini”.

kusadari airmukaku telah berubah, kata-kata pak Regar tidak kupedulikan lagi. Aku ingin masuk kimia. Sejak awal kimialah tujuanku, kimia yang akan mewujudkan impianku, memperlihatkan kehebatanku pada Shinici.

Satu persatu siswa yang dipanggil memilih mata pelajaran apa yang diinginkannya dan ada juga guru pembimbing itu yang langsung memilih dia untuk ikut olimpiade mata pelajaran sang guru, itu bagi anak-anak yang pintar, bukan anak kacangan sepertiku. Melihat kejadian itu harapanku sudah pupus.

“Fitra Dewi..Apakah kamu tetap dikebumiaan atau berpindah ke tempat yang lain”, Tanya Pak Regar. Aku menggeleng yang berarti aku ingin pindah.

“Jadi kamu memilih masuk mana?”.

“Kimia”.

Sontak saja guru pembimbing kimia merespon.

“Pak, kelompok kami sudah terlalu banyak..sedang yang akan dipilih nanti hanya 3..”.

Mendengar alasan itu hatiku makin kecut…kenapa sih Tuhan? Begitu sulit untuk mewujudkan impianku ke Medan dan membuktikan pada Shinici.

Akhirnya pak Regar memutuskan aku masuk kimia sesuai keinginanku. Tak berapa lama rapat itu dibubarkan.

“Anggota kimia berkumpul disini, ada yang perlu kita bicarakan”, Ujar guru pembimbing kimia.

Aku yang merasa tidak diacuhkan hanya menjauh, karena takut guru kimia itu marah padaku yang tetap memilih kimia sedang semua tau dan aku tau sudah terlampau banyak anggotanya. Merasa tidak diperdulikan, aku bertanya pada Pak Regar. Pak Regar kemudiaan memperlihatkanku pada guru kimia itu.

“Oh iya, ayo duduk..”, ucap ibu kimia mempersilahkanku.

Ibu itu sebenarnya baik. Tak berapa lama guru pembimbing Kebumiaan datang. Aku langsung menghampirinya dan menanyakan hal yang sedari tadi mengganjal di hatiku.

“Pak, kenapa saya anda pilih masuk kebumiaan, padahal bapak tau nilai saya selalu remedial setiap kali ujian geografi?”.

“Bapak juga tidak tau, Nak. Tapi, ketika melihat daftar nama kalian, hati bapak bergetar dan condong memilihmu”.

Mendengar jawaban bapak itu hatiku tersentuh. Guru yang begitu jauh denganku, yang selalu remedia, malah memilihku. Sedang kimia, yang nilaiku selalu lumayan bagus tidak memilihku. Aku langsung berdiri dan berbicara pada guru kimia,

“Maaf, Bu. Saya tidak jadi masuk Kimia, saya…”.

Kata-kataku terputus airmataku mengalir deras tanpa aku sadari, dadaku sesak, sakit, kimia yang menjadi impianku, tidak akan membawaku ke Medan, guru itu heran dan bertanya kenapa? Namun aku belum bisa meredam tangisku.

“Kenapa menangis, Nak? Ibu suka kamu masuk kimia, tapi peluangmu untuk terpilih itu kecil, coba kamu pikirkan anggota kimia sudah 10 orang yang diambil hanya 3 sedangkan kebumiaan masih 6 dan yang diambil 2. Kesempatanmu di sana lebih besar dari kimia, tapi kalau kamu lebih suka kimia, sudah tidak usah menangis, ibu tidak marah”, nasehatnya.

Air mataku terus mengalir tak dapat kuhentikan. Aku sudah tidak peduli dengan tawa teman-temanku atas kelakuan bodohku. Sudah kuputuskan aku masuk kebumiaan. Tunggu aku Shinici.

Seperti kata pepatah kesempatam emas itu datang hanya satu kali dan di saat kau tidak siap untuk melakukannya. Nampaknya pepatah ini cocok untukku. Buku geografi yang selama ini tidak pernah aku buka atau aku baca kecuali waktu ujian malah inilah yang harus aku pelajari, sedang kimia yang selama ini aku pelajari harus aku tinggalkan. Tekadku telah kuat, aku akan terpilih meski tidak dipelajaran yang unggul, tapi aku yakin Shinici juga akan memujiku bila aku masuk 3 besar di tingkat Kota. Kebumian.

Satu minggu berlalu, mati-matian aku belajar dan menguasai kebumian agar aku terpilih dari 2 orang utusan sekolahku. Namun rintangan itu tidak hanya sampai di situ. Kebumian itu sulit apalagi bagi orang selalu remedial sepertiku. Tapi ku coba bangkit aku akan mendapatkan senyum Shinici, kebanggan orang tuaku, dan mewujudkan doa sahabatku, 4 upik, dan teman-temanku. Akan aku bawa nama SMA N 1 ke Medan. Tolong aku Tuhan, tolong.

Malam hari sebelum penentuan, aku diuji Tuhan lagi dengan sakit mata. Aku menangis, berteriak dalam keheningan malam. Aku kuat Tuhan. Semalaman ku obati mata merahku, Alhamdulillah paginya agak lumayan dan Alhamdulillah lagi aku dan Imelda terpilih.

Hari kamis, 10 April 2008 aku duduk di depan dalam ruangan kebumian, lagi-lagi aku diuji. Tidak satupun soal yang aku pelajari diujikan, namun tetap kucoba ku jawab soal-soal olimpiade itu semampuku. Akhirnya dari 100 soal yang diujikan hanya 64 soal yang ku isi.

Usai test Olimpiade itu hatiku sedih, bimbang, bisakah aku mewujudkan impianku, aku ingin bertemu dengan Shinici bila aku berhasil masuk 3 besar. Setiap saat dan dimanapun aku selalu berdoa agar Tuhan mau memasukkanku dalam 3 besar. Aku percaya Allah maha adil, aku sudah berusaha kini kupasrahkan semua padaNya.

Dan satu minggu kamudian, hal yang mengejutkan terjadi. 21 April 2008, impianku terwujud bahkan di luar dugaan aku juara 1 olimpiade Kebumian. Fitra Dewi Warti. Terima kasih ya Allah kini tak ada lagi alasan bagiku untuk tidak berjumpa dengan Shiniciku yang sudah hampir 2 tahun tak bertemu. Terima kasih ya..Allah.

Karya : fitra dewi warti lubis


Andai kau terlahir muslim...

Aq menghela nafas lega di balkon kamarku lantai 2 rumah kami yg sangat ramai.

Mengapa tidak ?

1 tahun yg lalu tepatnya umurku 18 tahun 2 adik kembarku adalah kado yg diberikan oleh ortuQ. Mempunyai adik kembar yg sepasang pasti sengan bila tidak berbeda jarak yg begitu jauh dariQ. Lebaran tahun lalu, aq habis-habisan di cemoohhi sanak saudara dan juga kawan-kawan sekolahku karena adik kembarku. Mungkin itulah cobaan terbesar pada umur 18 tahun di samping di tinggal pergi oleh orang yang sangat ku cintai karena sekolahnya beda denganku.

Pertengahan 2009 aq dan keluarga besar pindah ke persia. Semua rencana besarku di sekolah harus gagal kerena mau tak mau aq akan melanjut mengejar S1 di salah satu universitas di persia ini.

Lamunanku buyar karena bunyi pesan masuk di HpQ.

met malam..koq melamun sendirian d balkon…udara dngin lho.. ~San~

San?

Aq memutar otak, apa aq kenal atau punya teman namanya San?

O..aq baru ingat dalam tim kemahasiswaan aq punya teman namanya San Miguel.

Met malam jga..

Ini san miguel y..

Tau dari mana aq melamun di balkon.

Tak lama kemudian HpqQ berderit.

NoQ belum kau simpan ya..

iya ini san miguel anggota kemahasiswaan.

Tentu aq tau, rumahku 2 rumah dari rumahmu d seberang jalan.

Ow.. ternyata dari tadi ada yang memperhatikanku ya..sekarang jelas di benakku bagaimana tampangnya.

Maaf ya san ..aq lupa save.

Udah malam. Usah dulu ya..

Met malam..

Mungkin terdengar sombong dengan nada smsku, tapi emang tuk saat ini aq tidak mau di gangu apalgi dengan cowok nasrani seperti dy.

****************

“Apa? Aq harus mengetik ulang perbelanjaan kemahasiswaan 1 tahun ini?”

Emosiku meluap pada Kauva sekretaris kemahasiswaan.

“Ka..aq tu seksi dokumentasi, bukan bendahara, jadi kerja Yuna sebagai bendahara apa?”.

“Yuna lagi di luar kota hingga akhir minggu ini. Padahal data harus di serahkan besok. Dy tidak bisa di hubungi. Jadi aq minta tolong kau data ulang lagi. Lagian kau tak sendirian tapi dibantu San”.

Aq hanya cemberut waktu Kauva menyerahkan buku perbelanjaan lengkap dengan kertas-kertas kecil perbelanjaan.Tak lama San datang.

“Tuh dy udah datang. Bentar pasti udah selesai klo klen bekerja sama.”

Senyum Kauva seraya pergi.

Aq hanya menatap San Miguel penuh tanya dalam hati.

sanggupkah kami menyelesaikan ini dimana tugas kuliahku masih banyak.

“tidak usah dibawa stress, pasti bisa kita kerjakan” ucapnya sambil mengoyang kepalaku dengan tangannya yang besar seakan aq ini adik kecilnya.

“tapi aq tidak bisa mengerjakannya sekarang. Jam 6 aq harus menyerahkan tugas praktikumQ pada asisten di samping itu aq harus keperpustakaan mencari buku yang akan di bahas besok.”

Ucapku kesal karena aq harus bekerja sama dengan pemuda ini yg jelas aq tidak tau bagaimana kemampuannya. Habis dy tidak terkenal di kalangan mahasiswa.

“Baiklah kita ke perpus. Kau cari bukunu dan aku mengerjakan tugas ini di sana”. Aq menurut saja.

Akhirnya kami memutuskan untuk mengerjakan data keuangan itu di perpus.

Aq cari bukuku sedang dy memgetik. Syukurlah bukunya cepat ketemu jadi aq bisa mendata pengeluaran. Tepat setengah 6 aq permisi dan dengan senyum manis yg di apit lesung pipi itu baru aq tau ternyata dy ramah dan pengertian.

Astaga !! sampai setengah 7 asisten tidak datang juga. Kuputuskan untuk sholat magrib, baru aq lanjutkan menunggu asisten yang sok sibuk itu. Jam 8 baru asisten itu nongol. Eh..bukannya kasihan melihat awak nunggu dy, malah jurnalku banyak yang salah dan dy nyuruh musti di ulang di sini dan harus di serahkan malam ini juga. Oh iya, aq belim kasih tau ya.. si universitas ini kampus itu g’ pernah sepi.hampir selurih mahasiswanya pulang jam 1 atau malah jam 3 karna tugas atau praktikum. Syukurlah jam 11 jurnalku diterima asisten itu. Huhf ! nafas lega buatku.

“Oh tidak ! San!”. Aq lupa padanya.

“Apa dy sudah pulang?”.

Aq pun setengah berlari ke perpus menuju tempat San yg ku tinggalkan sekitar 5 jam yg lalu.

“eh..”. aq dapati dy tertidur di samping laptopnya.

Laptopnya masuh menyala, kertas-kertas itu agak sedikit berantakan di atas meja. Ku periksa sudah sejauh mana pekerjaannya.

Waw !! Selesai !!

“Astagfirullah..”. bisikku dalam hati, aq telah berdosa telah menyepelekan kemampuannya. Ku susun kertas-kertas yg berantakan itu, hingga aq tertegun melihat wajahnya yg tertidur.

“Subhanallah..betapa damainya wajah hambamu ini “. Tanganku tergerak untuk menyentuh wajahnya, namun ku urungkan tuk sampai karena aq tersadar dy itu nasrani.

“Eh Fai..kau sudah datang, maaf ya aq tertidur”. Ucapnya sambil menguap.

Aq tersenyum betapa lucunya dy.

“Seharusnya aq yg minta maaf , meninggalkanmu dengan tugas-tugas pembukuan ini. Maaf ya..”.

“sudahlah..aq tidak terbebani koq. Boleh aq minta sesuatu?”. ucapnya.

“Apa yg kau mau?”.

“Mendekatlah..”.aq pun mendekat.

“Aduh Fai..pundakku sakit sekali”. Ucapnya manja sambil merebahkan kepalanya ke bahuku.

“Astaga ! cowok ini!”.geramku.

“ kenapa kau diam, ayo pukul-pukul punggungku”. Melasnya.

Sebenarnya aq enggan melakukannya, tapi karna perpus ini sepi dan tidak ada yg melihat, aq pun menuruti permintaannya.

*****************

“rumahmu sudah sampai Fai”.ucapnya.

Aq pun turun dari motornya.

“oh iya, laptop ini kau bawa saja. Periksa ulang mana tau ada yg salah”. Ucapnya.

Aq menerimanya saja, asalkan ia cepat menghilang dari hadapanku.

“Eh Fai”.

“apa lagi!?”. Aq setengah berteriak.

“makasi ya, pijatannya. Kapan-kapan lagi ya. Dah !!”. dy pergi dengan tawa kecilnya meninggalkan aq yg kesal setengah mati.

******************

“eh Fai.. lho koq kamu di sini g’ kelapangan?”. Tanya Yuna.

“ngapain?”.

“Lho g’ tau ya, anak-anak kemahasiswaan kita adu sepak bola dengan anak-anak fakultas lain.seru lho ayo ke sana”.

Daripada sendirian di sini lebih baik ikut nonton. Sekali-sekali aq harus refresing. Kuputuskan tuk pergi.

Sampainya di lapangan. Tribun sudah penuh di isi para suporter dari kedua fakultas. Aq bergabung dengan anggota kemahasiswaan yg lain di pojok kiri lapangan. Yang bertanding adalah baju biru dan baju hitam. Tapi aq g’ tau yg mana pemain kemahsiswaan kami.

Sampai dia menoleh ke arah kami.

“SAN..MI…GU…EL !”. pekikQ dalam hati yang terpancar lewat wajahku yang melongo. Dy tersenyum manis dan mengerlingkan mata kirinya ke arahku?

“tidak bukan aq.. pasti pada gadis-gadis yg di sampingku…sadarlah Fai”.

“Fai..San mengerling padamu kan tadi?”. Tanya Yuna memastikan.

“Akh tidak, kau salah liat x”.

Ucapku kesal sambil berjalan pergi menjauh dari tempat itu memilih bergabung dengan suporter. Perlombaan dimenangkan oleh kemahasiswaan kami dengan skor 3-2.

*****************

“hai..honey.. kau melamun lagi”.

“Aaagh..”. kagetku, tau klo San udah berada di sampingku di balkon kamarku.

Dengan sigap dy menutup mulutku agar orang lain tidak tau terlebih ortuku.

Aq melepas tangannya dari mulutku.

“kau.. kenapa kau bisa ke sini?”.

Ucapku sambil menjauh darinya. Dy menatapku dalam karena respekku yang menjauh ketakutan.

“kemarilah..”.

dy menarik tanganku meninggalkan balkon menuju ke arah atap di samping balkon.

“Maaf y..”.

Dengan sigap dy menggendongku ala putri di Barbie menuruni balkon ke atap.

Dapat kurasakan tanggannya menggendongku. Aq hanya terdiam tersudut di dadanya, wajahnya berbeda bila di lihat dari bawah, dapat kurasakan detak jantungnya.

“kita sudah sampai tuan putri”.

Dy menurunkanku di atas atap di samping kamarku. Aq hanya terdiam malu di sampingnya.

“hei..kenapa kau diam? Aq mengajakmu ke sini bukan tuk diam tp melihat itu”.tunjuknya ke langit.

Subhanallah…begitu banyak bintang yg bertaburan.

“kau suka”.tanyanya sambil duduk .

Aq mengangguk sambil tersenyum.

“sini”.tunjuknya ke sebelahnya. Dengan sedikit berfikir aq duduk berjarak 50 cm darinya.

“kenap kw bisa ke sini?”.

“aq panjat pohon yg ada di samping kamarmu. Hehehe..”.tawanya membuat aq ikut tertawa.

“kau tidak taukan dari atapmu kita bisa melihat bintang sebanyak ini”.

Ucapnya sambil merebahkan kepalanya di pangkuanku. Sontak tanganku menghindar. Melihat ekspresiku, dy menggenggam tanganku dan meletakkannya di dadanya.

“apa sich maksud anak ini”.

****************

3 bulan berlalu, sejak malam itu, kami sering bertemu di atap rumahQ. Kami menceritakan diri masing-masing, mulai dari sekolah, keluarga, juga masalah percintaan. Ternyata kedekatan kami tercium anak-anak kemahasiswaan. Gosipin beredar, mulai dari yg murahan sampai kelas kakap, mulai dari hal yang baik sampai hal yg buruk. Kamipun sibuk di tanya apa gosip itu benar..

Dengan santai dy memjawab tidak..

Ada semburat kecewa dalam hatiku. Benarkah ia tak menyukaiku?

Lalu apa maksud perlakuannya selama ini?

Apakah aq yg kegeeran atas sikapnya?

2 bulan berlalu sejak desas-desus itu. Hubungan kami pun mulai renggang bahkan seperti orang asing setiap x jumpa. Tak ada lagi bintang, tak ada lagi senyuman, tak ada lagi tangan yg hangat… semua hilang.

Hinggga pagi itu, pohon yg di samping kamarku tumbang tanpa angin tanpa hujan. Firasatku lain terhadapnya, jadi kuberanikan diri tuk meneleponnya.

“ya..halo”. ku denggar suaranya di seberang sana ada kerinduan nun jauh di relung hatiku.

“pohon yg di samping kamarku tumbang”.

“jadi”.aq kecewa atas ucapannya.

“sebenarnya aq salah apa ma mu, kenapa kau dingin akhir-akhir ini?”.

“kau ada waktu hari ini?”, tanyanya.

“sore aq ada, aq ingin bertemu jam 4 di belakang perpus.”

“ok. Jam 4 di belakan perpus.”

**************

“hay…”. Sapanya.

Aq membalik dan kaget dy tepat di belakangku. Jantungku berdegup kencang, aq mundur menjauhinya.

Nafasku naik turun, aq teringat kejadian 3 tahun yg lalu saat cowok yang ku sukai menyatakan perasaannya padaku, namun akhirnya toh dy meninggalkan aq.

“oh tuhan haruskah aq mengalaminya lagi”.

“mendekatlah Fai, jangan kayak anak-anak”.

Aq pun mendekat.

Inilah yang ku suka darinya, dy tau hatiku, dy mengenalku tak hanya luar namun dalam pun di selaminya. Dy ajak aq bercanda bercerita ini itu hingga nafasku kembali normal.

“jadi kau mau ngomong apa”. Tanyanya lembut.

Aq tertunduk malu, mungkin dy sudah tau perasaanku padanya.

“aq suka padamu”.

Lama dy menatapku.

“aq juga menyukaimu Fai..bahkan sebelum kau menyukaiku…dari dulu aq ingin bilang tapi aq tak sanggup”.

“kenapa tak sanggup”.

“tak sanggup menerima kenyataan perbedaan agama kita. Aq tak sangggup menjalani dengan perbedaan ini”. Ucapnya sambil terduduk lesu di hadapanku.

Akhirnya kegagalan itu menghampiriku lagi. Aq sadar atas sikapnya selama ini.

Tapi… apa kami salah mencintai.

Bukankah cinta itu datangnya dari tuhan?

Mengapa cimta itu ada di atas perbedaan ini?

Bukankah cinta itu anugrah, tapi mengapa bagi kami bencana?

Menapa tuhanmu tak sama dengan tuhanku…

Menggapa aq harus mencintai yang bukan hambamu ya.. Allah SWT..

“andai kau terlahir muslim… San Miguel”.

Air mataku jatuh.

By: Fitra 18 juli 2010

Andai kau tau itulah kata-kata yang ingin ku sampaikan… tapi bibirku kelu.


Dampak Perubahan Iklim Terhadap Konservasi habitat Orang utan

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KONSERVASI HABITAT ORANGUTAN

Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan Sumatera di wilayah bagian Negara Indonesia dan Malaysia. Sedangkan kerabat lainnya terdapat di Benua Afrika, yaitu : gorilla, chimpanzee, dan bonobo. Di Indonesia kita dapat menemukan 2 jenis orangutan, yaitu orangutan Sumatra ( Pongo abelii ) yang penyebarannya terbatas pada bagian utara Sumatra dan orangutan Borneo ( Pongo pygmaeus ), yang masih bertahan hidup di beberapa tempat yang merupakan kantong-kantong habitat di Sabah dan Serawak terutama di daerah rawa gambut serta hutan dipterocarpus dataran rendah di bagian barat daya Kalimantan antara sungai Kapuas dan sungai Barito ( provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah ), serta sungai Mahakam dari sebelah timur ke arah utara ( provinsi Kalimantan Timur dan Sabah ).

Belakangan ini diinformasikan bahwa jumlah populasi orangutan liar telah menurun secara berkelanjutan dalam beberapa dekade terakhir akibat semakin berkurangnya hutan-hutan dataran rendah. Bahkan sebagian besar media menyatakan penurunan populasi orangutan cenderung semakin cepat. Adanya perburuan dan perdagangan orangutan, termasuk yang diselundupkan ke luar negeri juga memberikan kontribusi yang besar terhadap penurunan populasi orangutan liar di alam. Hilangnya habitat dan perburuan serta perdagangan masih merupakan ancaman utama terhadapa keberlangsungan hidup orangutan di Indonesia.

Perubahan iklim di masa mendatang, diperkirakan akan menjadi ancaman serius terhadap konservasi orangutan, terutama bila dilihat dari aspek ketersediaan sumber pakan akibat terganggunya sistem perbuangaan dan perbuahan pohon yang menjadi sumber makanan orangutan. Pemanasan global merupakan permasalahan dunia yang dirasakan oleh semua negara di dunia, baik negara miskin, negara yang sedang berkembang, maupun negara-negara maju. Pemanasan global yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan suhu di permukaan laut dapat menyebabkan terjadinya bencana bagi bumi.

Para ilmuwan memprediksikan bahwa temperatur dunia rata-rata mengalami kenaikan 0.5 oC setiap tahun. Kenaikan suhu tersebut meningkatkan evaporasi sehingga hujan turun lebih banyak seperti di daerah tropis, sedangkan daerah beriklim sedang akan mengalami musim panas dan kering yang lebih lama serta musim dingin yang lebih pendek. Secara umum, akibat yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap orangutan yaitu kekeringan yang terjadi di daerah tropis maupun daerah beriklim sedang yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran hutan.

Kebakaran hutan tahun 1997/1998 yang diketahui dipicu oleh gejala El Nino telah menjadi pemicu terbakarnya jutaan hektar hutan, termasuk habitat orangutan serta menimbulkan jatuhnya korban orangutan dalam jumlah yang signifikan. Di Indonesia, awalnya gejala El Nino mulai tampak di daerah selatan perairan pulau Jawa atau Samudera Hindia yang berdampak pada musim kemarau yang berkepanjangan di Indonesia. Hal ini menyebabkan terjadinya kekeringan di sebagian besar wilayah Indonesia. Dampak langsung dari kekeringan yang mengikuti El Nino antar lain terganggunya proses fotosintesa dan metabolisme tanaman, terjadinya aborsi bunga, pelayuan, bahkan kematian tanaman. Oleh karena itu, produktivitas lahan menjadi menurun. Akibat dari semua ini secara langsung atau tidak sangat berpengaruh pada konservasi habitat orangutan.

Gejala perubahan iklim ini nampak jelas pada kasus Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah yang dikaji dalam laporan yang menarik untuk disimak, karena habitat orangutan di taman nasional ini merupakan hutan rawa gambut yang meyimpan banyak karbondioksida dan jumlah populasi orangutan di taman nasional tersebut, merupakan salah satu populasi yang paling “viable” bagi orangutan. Melestarikan orangutan di taman nasional ini dapat berfungsi mencegah terjadinya emisi karbon dari kawasan tersebut karena terjaganya hutan yang menjadi habitatnya.

Dari penjabaran tentang pengaruh perubahan iklim di bumi kita yang tercinta ini, tindakan yang dapat kita lakukan harus datang dari pemerintah dan masyarakat sendiri. Dari pemerintah contohnya mengembangkan dan membuat cagar alam untuk melindungi berbagai jenis flora dan fauna, terutama orangutan yang menjadi simbol hutan. Disamping itu juga membuat jaringan global sebagai koridor bagi berbagai jenis flora dan fauna agar dapat bergerak bebas. Sedangkan sikap yang datang dari masyarakat yaitu mempelajari permasalahan lingkungan dan solusinya, menghargai habitat makhluk hidup, juga mempertimbangkan konservasi daripada kepentingan ekonomi.

Ketergantungan dan keterikatan manusia dengan hutan, serta kondisinya saat ini menempatkan orangutan sebagai satwa yang harus diestarikan. Diperkirakan populasi orangutan di seluruh dunia baru-baru ini hanya berjumlah 100.000 ekor. Dimana populasi oarangutan Sumatra (pongoabelii lesson) diperkirakan hanya 7.500 ekor dan orangutan Borneo sebanyak 45.000 hingga 69.000 ekor.

Orangutan harus dijaga kelestariannya dan juga dapat dipertahankan keberlangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang panjang, karena orangutan termasuk hewan primata frugifora (pemakan buah, termasuk daun dan kambium). Mereka memiliki peranan yang sangat penting dalam menjamin kelestarian hutan yang menjadi habitatnya. Banyak jenis pohon buah di hutan yang penyebarannya sangat tergantung kepada primata langka ini, dan diketahui pula hingga saat ini terdapat lebih dari 1000 jenis tanaman, hewan kecil dan jamur yang menjadi pakan orangutan.

Saya berharap essay ini dapat mendukung upaya pelestarian orangutan, sekaligus sebagai salah satu upaya untuk membantu mengurangi emisi karbondioksida melalui kelestarian hutan yang menjadi habitatnya. Kelestarian orangutan hanya bisa dicapai jika terdapat dukungan sungguh-sungguh dan optimal dari seluruh pihak yang berkepentingan terhadap kelestarian satwa “flagship” ini dengan didasari pemahaman bersama yang jelas tentang makna dan fungsi kelestarian orangutan di habitat alaminya.

“Orangutan selamat, maka berarti hutan sebagai habitat orangutan dan penyangga kehidupan manusia juga akan lestari”. Mungkin itulah kata-kata yang tepat untuk menyadarkan umat manusia saat ini, khususnya kita sebagai warga negara Indonesia yang menjadi salah satu tempat hidup orangutan. Orangutan telah menjadi maskot hutan dalam nominal uang kita selama bertahun-tahun lamanya, itu berarti bangsa ini bangga memiliki dia sebagai hewan yang terdapat di hutan kita. Jika bukan kita yang menjaga meraka siapa lagi.

Karya : FITRA DEWI WARTI LUBIS

Didedikasikan untuk orangutan dan hutan Indonesia

Selasa, 17 Mei 2011

Olimpiade Cintaku

Olimpiade cintaku

“Diam..diam..Pak Regar datang”. Sorak ketua kelas XI IPA 1.

Mendengar nama wakil kepala sekolah kami SMA N 1 SIBOLGA, kami kelas XI IPA 1 segera diam dan duduk manis dikursi masing-masing. Seperti biasa bapak itu masuk dengan langkah yang pasti dan kami tau maksud kedatangannya, untuk memanggil namaku masuk menjadi bagian dari olimpiade pelajaran yang sebentar lagi akan dilaksanakan di tingkat Sibolga.

“Maaf bapak mengganggu sebentar. Kehadiran bapak di sini berkaitan dengan olimpiade yang sebentar lagi akan dilaksanakan di kota Sibolga. Nama-nama yang bapak panggil tolong segera bergabung di ruang rapat Olimpiade. Nama-nama yang bapak panggil adalah pilihan dari setiap guru mata pelajaran yang akan diujikan. Baiklah, Rahmayani, Merry, Erik Wansen, Anisha, Riekea, Ade, Ladestam, Aisyah, Ira Pane, Yanda, Atink…tolong segera bergabung”.

Ya…Allah, namaku tidak disebut. Begitu bodohkah hamba tuhan? Aku terdiam ingin rasanya aku menangis namun ku tahan sekuat tenaga. Ku coba menyebut nama Tuhan, namun aku lebih teringat pada SMS dari orang kusukai 1 bulan yang lalu. Dia adalah orang yang pintar, aku tahu bukan maksud hatinya mengatakan hal itu yang membuatku sedih dan ingin membuktikan padanya kalau aku juga pintar, dan mempunyai kelebihan dibalik kekuranganku…aku juga ingin dipujinya. Aku ingin dia mengatakan

“kau memang hebat,Fit…”.

Dan ini akan aku dapatkan bila aku masuk olimpiade dan menang di tingkat kota Sibolga, dengan begitu kami akan bertemu di Medan di tingkat provinsi. Dia akan terkejut melihatku, gadis aneh dan bodoh yang begitu berusaha membuktikan kehebatannya pada orang yang disukainya.

Tak berselang waktu Pak Regar masuk lagi ke kelas.

”Fitra Dewi, Imelda Lestari, dan Ernita tolong bergabung…”.

Mendengar namaku disebut, Alhamdulillah aku masuk. Aku terpilih Shinici, kimia bawa aku ke medan.

Aku menggenggam erat tangan Imelda ketika memasuki ruang rapat. Semua guru-guru pembimbing telah berkumpul dan terlihat jelas wajah-wajah mereka menatap anak-anak pilihan mereka. Aku duduk di belakang, jauh dari anak-anak kimia. Segera kupakai kaca mataku dan mencari namaku di papan tulis di bagian kimia.

”Tidak ada..!”. hatiku mulai kecut lagi.

“Lantas namaku ada dimana ..astaga..kebumian? olimpiade apa itu? mendengarnya saja baru kali ini..Ya Allah..cobaan apa lagi ini”.

kusadari airmukaku telah berubah, kata-kata pak Regar tidak kupedulikan lagi. Aku ingin masuk kimia. Sejak awal kimialah tujuanku, kimia yang akan mewujudkan impianku, memperlihatkan kehebatanku pada Shinici.

Satu persatu siswa yang dipanggil memilih mata pelajaran apa yang diinginkannya dan ada juga guru pembimbing itu yang langsung memilih dia untuk ikut olimpiade mata pelajaran sang guru, itu bagi anak-anak yang pintar, bukan anak kacangan sepertiku. Melihat kejadian itu harapanku sudah pupus.

“Fitra Dewi..Apakah kamu tetap dikebumiaan atau berpindah ke tempat yang lain”, Tanya Pak Regar. Aku menggeleng yang berarti aku ingin pindah.

“Jadi kamu memilih masuk mana?”.

“Kimia”.

Sontak saja guru pembimbing kimia merespon.

“Pak, kelompok kami sudah terlalu banyak..sedang yang akan dipilih nanti hanya 3..”.

Mendengar alasan itu hatiku makin kecut…kenapa sih Tuhan? Begitu sulit untuk mewujudkan impianku ke Medan dan membuktikan pada Shinici.

Akhirnya pak Regar memutuskan aku masuk kimia sesuai keinginanku. Tak berapa lama rapat itu dibubarkan.

“Anggota kimia berkumpul disini, ada yang perlu kita bicarakan”, Ujar guru pembimbing kimia.

Aku yang merasa tidak diacuhkan hanya menjauh, karena takut guru kimia itu marah padaku yang tetap memilih kimia sedang semua tau dan aku tau sudah terlampau banyak anggotanya. Merasa tidak diperdulikan, aku bertanya pada Pak Regar. Pak Regar kemudiaan memperlihatkanku pada guru kimia itu.

“Oh iya, ayo duduk..”, ucap ibu kimia mempersilahkanku.

Ibu itu sebenarnya baik. Tak berapa lama guru pembimbing Kebumiaan datang. Aku langsung menghampirinya dan menanyakan hal yang sedari tadi mengganjal di hatiku.

“Pak, kenapa saya anda pilih masuk kebumiaan, padahal bapak tau nilai saya selalu remedial setiap kali ujian geografi?”.

“Bapak juga tidak tau, Nak. Tapi, ketika melihat daftar nama kalian, hati bapak bergetar dan condong memilihmu”.

Mendengar jawaban bapak itu hatiku tersentuh. Guru yang begitu jauh denganku, yang selalu remedia, malah memilihku. Sedang kimia, yang nilaiku selalu lumayan bagus tidak memilihku. Aku langsung berdiri dan berbicara pada guru kimia,

“Maaf, Bu. Saya tidak jadi masuk Kimia, saya…”.

Kata-kataku terputus airmataku mengalir deras tanpa aku sadari, dadaku sesak, sakit, kimia yang menjadi impianku, tidak akan membawaku ke Medan, guru itu heran dan bertanya kenapa? Namun aku belum bisa meredam tangisku.

“Kenapa menangis, Nak? Ibu suka kamu masuk kimia, tapi peluangmu untuk terpilih itu kecil, coba kamu pikirkan anggota kimia sudah 10 orang yang diambil hanya 3 sedangkan kebumiaan masih 6 dan yang diambil 2. Kesempatanmu di sana lebih besar dari kimia, tapi kalau kamu lebih suka kimia, sudah tidak usah menangis, ibu tidak marah”, nasehatnya.

Air mataku terus mengalir tak dapat kuhentikan. Aku sudah tidak peduli dengan tawa teman-temanku atas kelakuan bodohku. Sudah kuputuskan aku masuk kebumiaan. Tunggu aku Shinici.

Seperti kata pepatah kesempatam emas itu datang hanya satu kali dan di saat kau tidak siap untuk melakukannya. Nampaknya pepatah ini cocok untukku. Buku geografi yang selama ini tidak pernah aku buka atau aku baca kecuali waktu ujian malah inilah yang harus aku pelajari, sedang kimia yang selama ini aku pelajari harus aku tinggalkan. Tekadku telah kuat, aku akan terpilih meski tidak dipelajaran yang unggul, tapi aku yakin Shinici juga akan memujiku bila aku masuk 3 besar di tingkat Kota. Kebumian.

Satu minggu berlalu, mati-matian aku belajar dan menguasai kebumian agar aku terpilih dari 2 orang utusan sekolahku. Namun rintangan itu tidak hanya sampai di situ. Kebumian itu sulit apalagi bagi orang selalu remedial sepertiku. Tapi ku coba bangkit aku akan mendapatkan senyum Shinici, kebanggan orang tuaku, dan mewujudkan doa sahabatku, 4 upik, dan teman-temanku. Akan aku bawa nama SMA N 1 ke Medan. Tolong aku Tuhan, tolong.

Malam hari sebelum penentuan, aku diuji Tuhan lagi dengan sakit mata. Aku menangis, berteriak dalam keheningan malam. Aku kuat Tuhan. Semalaman ku obati mata merahku, Alhamdulillah paginya agak lumayan dan Alhamdulillah lagi aku dan Imelda terpilih.

Hari kamis, 10 April 2008 aku duduk di depan dalam ruangan kebumian, lagi-lagi aku diuji. Tidak satupun soal yang aku pelajari diujikan, namun tetap kucoba ku jawab soal-soal olimpiade itu semampuku. Akhirnya dari 100 soal yang diujikan hanya 64 soal yang ku isi.

Usai test Olimpiade itu hatiku sedih, bimbang, bisakah aku mewujudkan impianku, aku ingin bertemu dengan Shinici bila aku berhasil masuk 3 besar. Setiap saat dan dimanapun aku selalu berdoa agar Tuhan mau memasukkanku dalam 3 besar. Aku percaya Allah maha adil, aku sudah berusaha kini kupasrahkan semua padaNya.

Dan satu minggu kamudian, hal yang mengejutkan terjadi. 21 April 2008, impianku terwujud bahkan di luar dugaan aku juara 1 olimpiade Kebumian. Fitra Dewi Warti. Terima kasih ya Allah kini tak ada lagi alasan bagiku untuk tidak berjumpa dengan Shiniciku yang sudah hampir 2 tahun tak bertemu. Terima kasih ya..Allah.

Karya : fitra dewi warti lubis